Thomas Aquinas: Béda antarané révisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
c kosmetik
Baris 41:
 
== Ajaran Thomas Aquinas ==
[[ImageGambar:Tommaso - Super libros de generatione et corruptione - 4733257 00007.tif|thumbjmpl|''Super libros de generatione et corruptione'']]
 
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (''ipsum esse subsistens''). Allah adalah "zat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah <u>penggerak yang tidak bergerak</u>. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya.
Baris 53:
Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. [[Paus (Katolik Roma)|Paus]] memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat terkenal adalah "''[[Summa Contra Gentiles]]''" dan "''[[Summa Theologia]]''".
 
Salah satu filsuf Kristen yang mengkritik pemikiran Thomas Aquinas adalah Gordon H. Clark. Bukunya "God's Hammer" halaman 67 sampai 71 berisi kritikan beliau terhadap Thomas. Terjemahan bebas saya
 
"Dalam sejarah pemikiran Kristen, antithesis antara iman dan reason (akal budi) telah didekati dengan berbagai metode. Perdebatan antara sesama Kristen dan antara Kristen dengan kaum sekuler kadang-kadang mengakibatkan kebingungan karena istilah yang dipakai tidak selalu didefinisikan dengan jelas. Bukan hanya [[Agustinus]] dan [[Kant]] memiliki pandangan yang berbeda tentang natur [[iman]], namun istilah akal budi (reason) sendiri mengandung arti yang bermacam-macam. Setelah memberikan gambaran singkat tentang latar belakang historis, penulis berharap menghindari kebingungan seperti itu dengan mengemukakan definisi akal budi (reason) yang mungkin membantu pembelaan terhadap wahyu sebagai sesuatu yang rasional
Baris 64:
Thomisme memang menekankan ketiadaan kompatibilitas antara iman dan akal budi, namun ketiadaan kompatibilitas itu bersifat [[psikologis]] semata. Kalau Alkitab mewahyukan bahwa Allah ada dan kita percaya Alkitab, maka kita memiliki kebenaran iman. Namun demikian, menurut Thomisme adalah memungkinkan untuk mendemonstrasikan keberadaan Allah melalui pengamatan terhadap alam. Aristoteles berhasil melakukannya. Namun, kalau seseorang telah secara rasional mendemonstrasikan proposisi ini, orang itu tidak lagi “percaya”, dia tidak lagi menerima proposisi itu berdasarkan otoritas; dia “mengetahui” proposisi itu. Secara psikologis tidak mungkin pada saat yang sama “percaya” dan “mengetahui” satu proposisi. Seorang guru mungkin memberitahu siswanya bahwa segitiga memiliki 180o dan sang siswa percaya perkataan sang guru; namun setelah si siswa mempelajari buktinya, maka dia tidak lagi menerima teorema berdasarkan kata-kata guru. Si siswa sudah mengetahui sendiri. Tidak semua proposisi wahyu dapat didemonstrasikan dengan filsafat rasional; tetapi ada kebenaran-kebenaran yang dapat didemonstrasikan yang juga telah diwahyukan kepada manusia, karena Allah tahu bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan intelektual seperti Aristotle; karena itu Allah mewahyukan beberapa kebenaran itu, walaupun dapat didemonstrasikan, demi kebanyakan umat manusia.
 
Muatan (content) wahyu yang tidak dapat didemonstrasikan (seperti doktrin Trinitas dan sakramen), walaupun berada di luar jangkauan akal budi seperti definisi di atas, tidaklah irasional atau nonsensical. Kaum Muhammadean (Islam) Abad Pertengahan dan kaum humanis modern dapat saja mengklaim bahwa doktrin Trinitas tidak rasional, namun akal budi cukup mampu untuk mendemonstrasikan bahwa keberatan yang dikemukakan keliru/salah (fallacious). Kebenaran iman yang lebih tinggi tidak bertentangan dengan kesimpulan akal budi manapun; sebaliknya doktrin wahyu melengkapi apa yang tidak dapat dicapai oleh akal budi. Kedua rangkaian kebenaran ini, atau lebih tepatnya kebenaran yang diperoleh dari dua metode berbeda ini saling melengkapi. Bukannya menjadi penghalang bagi akal budi, iman berfungsi memberi peringatan kepada seorang pemikir bahwa dia melakukan kesalahan. Kita tidak boleh memandang seorang percaya sebagai seorang yang harus dibebaskan dari penjara imannya; iman hanya membatasi dari kesalahan. Dengan demikian iman dan akal budi serasi satu dengan yang lain.
 
Hanya satu kritik yang akan penulis kemukakan tentang sistem ini, tetapi kritik ini dipandang sangat penting oleh kaum Thomist dan penentangnya. Kalau argumune [[kosmologis]] bagi keberadaan Allah merupakan kesalahan logika, maka Thomisme dan pandangannya tentang hubungan antara iman dan akal budi tidak dapat dipertahankan .
 
Kesulitan yang dialami argumen kosmologis adalah ketidakmemadaian [[wahyu]] umum seperti dibahas sebelumnya. Kalau diasumsikan bahwa semua pengetahuan (knowledge) dimulai dengan pengalaman inderawi dan karena itu pada saat orang memandang alam tanpa pengetahuan tentang Allah, maka segala kemalangan (calamities) manusia dan keterbatasan serta perubahan di alam semesta – seberapapun luasnya [[galaksi-galaksi]] yang ada – menghalangi kesimpulan tentang satu pribadi Allah yang Mahakuasa dan juga Baik.
 
Terhadap keberatan-keberatan ini, yang dikemukakan dengan tajam oleh David Hume, dapat ditambahkan kritik khusus formulasi Aristotelian Thomas Aquinas. Tiga keberatan akan dikemukakan. Pertama, Thomisme tidak dapat bertahan tanpa konsep potentialitas (potentiality) dan aktualitas (actuality), namun Aristotle tidak pernah berhasil mendefinisikannya. Sebaliknya dia [Aristotle] mengilustrasikannya dengan perubahan fenomena lalu mendefinisikan perubahan atau gerak (motion) dalam hal aktualitas (actuality) dan potentialitas (potentiality). Untuk memberikan justifikasi terhadap keberatan ini, diperlukan terlalu banyak apparatus teknis yang tidak bisa diakomodasi dalam tulisan ini. Dan kalau pembaca menghendaki, dia tidak perlu memberi penekakan pada keberatan pertama.
 
Kedua, Thomas berargumentasi bahwa kalau kita melacak penyebab gerak (motion), kita tidak dapat meneruskan berjalan mundur tanpa batas. Alasan yang secara eksplisit diberikan dalam Summa Theologica untuk menyangkali hal itu adalah kalau hal itu terjadi maka tidak akan ada Penggerak/Penyebab Pertama (First Mover). Namun alasan yang digunakan sebagai premis ini jugalah yang digunakan sebagai kesimpulan di akhir argumen. Argumen ini dimaksudkan untuk membuktikan keberadaan First Mover, namun First Mover ini diasumsikan dulu sebagai sesuatu yang ada untuk menolak infinite regress (mundur tidak terbatas). Karena itu jelas argumen ini adalah sebuah kekeliruan (fallacy).
 
Alasan ketiga yang akan kita bahas lebih rumit. Namun karena terkait dengan hal yang banyak diperdebatkan saat ini, maka pantas diberikan perhatian lebih.
Baris 93:
* {{en}} [http://plato.stanford.edu/entries/aquinas/ Santo Thomas Aquinas di ''Stanford Encyclopedia of Philosophy'']
* {{en}} [http://www.newadvent.org/cathen/14663b.htm St. Thomas Aquinas di newadvent.org, ''Catholic Encyclopedia'']
* {{en}} [http://www.ccel.org/a/aquinas Biografi Thomas Aquinas di ''Cristian Classics Ethereal Library'']
* {{en}} [http://jesusalone.multiply.com/journal/item/241/Kritik_Gordon_H._Clark_terhadap_Filsafat_Thomas_Aquinas Biografi Thomas Aquinas di ''Terjemahan God's Hammer'']