Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae lan satu dari lima badak sing masih ada. Badak ini masuk ke genus sing sama dengan badak india lan memiliki kulit bermosaik sing menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m lan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india lan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

?Badak jawa
Pemburu Eropa dengan badak Jawa sing terbunuh tahun 1895
Pemburu Eropa dengan badak Jawa sing terbunuh tahun 1895
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Perissodactyla
Famili: Rhinocerotidae
Genus: Rhinoceros
Spesies: R. sondaicus
Jeneng binomial
Rhinoceros sondaicus
Desmarest, 1822
Persebaran badak Jawa[2]
Persebaran badak Jawa[2]
Subspesies

Rhinoceros sondaicus annamiticus
Rhinoceros sondaicus inermis (punah)
Rhinoceros sondaicus sondaicus

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia sing paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara lan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi sing ditemukan di alam bebas, lan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, sing sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4] Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, sing terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa lan menghalangi pemulihan.[5] Tempat sing tersisa hanya berada di dua daerah sing dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit lan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau lan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.[6] Selain itu, karena invasi langkap (arenga) lan kompetisi dengan banteng untuk ruang lan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6] Kawasan sing diidentifikasikan aman lan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat sing pernah menjadi habitat badak Jawa.[6]

Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, palang rumput basah lan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal lan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok kalang-kalang dapat berkumpul di dekat kubangan lan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti lan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka lan alanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera lan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan lan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.

Referensi sunting

  1. Cithakan:IUCN2006 Didaftarkan berstatus kritis (CR C2a v2.3)
  2. Peta berasal dari peta di Foose lan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi kemungkinan di Kalimantan sing dideskripsikan oleh Cranbook lan Piper (2007).

Pranala jaba sunting