Indonesia

(Dialihna sekang RI)


Republik Indonesia disingkat RI apa Indonesia kuwe salah siji negara nang Asia Tenggara, sing dilintasi garis khatulistiwa lan ana nang antarane bawana Asia lan Australia, uga antara Samudra Pasifik lan Samudra Hindia. Indonesia kuwe negara kepuloan paling gede nang dunya sing ketata sekang ± 17.508 pulo. Indonesia kuwe mulane uga diarani Nusantara (Kepuloan Antara).[5] Populasi Indonesia ± 270 juta wong taun 2019,[6] Indonesia kuwe negara sing duwe penduduk paling akeh nomer papat se dunya lan negara sing nduwe penduduk Muslim paling akeh se dunya, topi resmine dudu negara Islam. Bentuk pemerentahan Indonesia kuwe republik, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah lan Presiden dipilih langsung. Ibukota negara yakuwe Jakarta. Indonesia watesan karo Malaysia neng Pulo Kalimantan, karo Papua Nugini neng Pulo Papua uga karo Timor Leste neng Pulo Timor. Negara tangga liyane yakuwe Singapura, Filipina, Australia, karo wilayah persatuan Kepulauan Andaman lan Nikobar neng India.

Republik Indonesia
Motto: Bhinneka Tunggal Ika
(Basa Jawa Kuno: "Senajan sejen-sejen tapi tetep Siji")
Ideologi nasional: Pancasila
Lagu kebangsaanIndonesia Raya
Lokasi Indonesia
Ibu kota
(dan kota terbesar)
Jakarta
6° 10.5′ S, 106° 49.7′ E / 6.1750°S 106.8283°E / -6.1750; 106.8283
Bahasa resmi Basa Indonesia
Pemerintahan Republik presidensial
 -  Presiden Prabowo Subianto
 -  Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka
 -  Ketua MPR Bambang Soesatyo
 -  Ketua DPR Puan Maharani
 -  Ketua DPD La Nyalla Mattalitti
Kemerdekaan sekang Belanda 
 -  Diproklamasikna 17 Agustus 1945 
 -  Diakuni (dadi RIS) 27 Desember 1949 
 -  Bali maning maring RI 17 Agustus 1950 
Luas
 -  Total 1,904,569 km2 (15)
 -  Air (%) 4,85%
Penduduk
 -  Perkiraan 19 Juni 2009 230.472.833[1] (4)
 -  Sensus 2010 237.556.363[2] 
 -  Kepadatan 124/km2 (84)
PDB (KKB) Perkiraan 2009
 -  Total Rp. 8,576 triliun
(AS$ 909 miliar)[3] 
 -  Per kapita Rp. 37,538 juta
(AS$ 3,979)[3] 
PDB (nominal) Perkiraan 2009
 -  Total Rp. 4,821 triliun
(AS$ 511 miliar)[3] 
 -  Per kapita Rp. 21.113 juta
(AS$ 2,238)[3] 
IPM (2006) 0.734[4] (menengah) (111)
Mata uang Rupiah (Rp) (IDR)
Zona waktu WIB (+7), WITA (+8), WIT (+9)
Lajur kemudi Kiri
Ranah Internet .id
Kode telepon +62

Sejarah Indonesia akeh dipengaruhi bangsa liyane. Kepuloan Indonesia dadi wilayah perdagangan penting seora-orane kawit abad kaping-7, yakuwe dong Kerajaan Sriwijaya nang Palembang njalin hubungan agama lan perdagangan karo Tiongkok lan India. Kerajaan-kerajaan Hindu lan Buddha wis tumbuh dong awal abad Masehi, diikuti para pedagang sing membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa sing saling bertempur kanggo memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia sing saat itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman lan tantangan sekang bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi lan periode perubahan ekonomi sing pesat.

Sekang Sabang gutul Merauke, Indonesia terdiri sekang berbagai suku, basa lan agama sing sejen-sejen. Suku Jawa kuwe grup etnis paling gede lan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" (basa Indonesiane "Berbeda-beda tetapi tetap satu"), artine keberagaman sing membentuk negara. Seliyane nduwe populasi padat lan wilayah sing jembar, Indonesia uga nduwe wilayah alam sing ndukung tingkat keanekaragaman hayati paling gede keloro nang donya.

Etimologi

sunting

Jeneng "Indonesia" asale sekang basa Latin yaiku Indus sing artine "Hindia" lan basa Yunani nesos sing artine "pulau".[7] Dadi, jeneng Indonesia artine wilayah Hindia kepulauan, atawa kepulauan sing ana nang Hindia, sing nidhokna nek jeneng kiye uwis kebentuk suwe sedurunge Indonesia dadi negara berdaulat.[8] Taun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, maune ngusulna istilah Indunesia lan Malayunesia kanggo penduduk "Kepulauan Hindia atawa Kepulauan Melayu".[9] Murid sekang Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim sekang Kepulauan India.[10] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); lan bahkan Insulinde (istilah iki diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[5]

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, lan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya kanggo ekspresi politik.[5] Adolf Bastian sekang Universitas Berlin memasyarakatkan nama iki melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama sing menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda sing bernama Indonesisch Pers Bureau di tahun 1913.[8]

Sejarah

sunting

Peninggalan fosil-fosil Homo erectus, sing oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun sing lalu.[11] Bangsa Austronesia, sing membentuk mayoritas penduduk pada saat iki, bermigrasi ke Asia Tenggara sekang Taiwan. Mereka tiba di sekitar 2000 SM, lan menyebabkan bangsa Melanesia sing telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah sing jauh di timur kepulauan.[12] Kondisi tempat sing ideal bagi pertanian, lan penguasaan atas cara bercocok tanam padi setidaknya sejak abad ke-8 SM,[13] menyebabkan banyak perkampungan, kota, lan kerajaan-kerajaan kecil tumbuh berkembang dengan baik pada abad pertama masehi. Selain itu, Indonesia sing terletak di jalur perdagangan laut internasional lan antar pulau, telah menjadi jalur pelayaran antara India lan Cina selama beberapa abad.[14] Sejarah Indonesia selanjutnya mengalami banyak sekali pengaruh sekang kegiatan perdagangan tersebut.[15]

 
Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke Afrika. Sebuah bagian sekang relief kapal di candi Borobudur, k. 800 M.

Di bawah pengaruh agama Hindu lan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatra, lan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai, merupakan kerajaan tertua di Nusantara sing berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara. Pemrintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda sekang tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan Malayu sing berpusat di Jambi, Sumatera. Sriwijaya mengalahkan Malayu lan muncul sebagai kerajaan maritim sing paling perkasa di Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu, sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, lan Laut Cina Selatan.[16] Di bawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 lan ke-10 wangsa Syailendra lan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur lan candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kiki; lan sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.[17]

Kedatangan pedagang-pedagang Arab lan Persia melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok sing dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) sing beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah iki pada awal abad ke-15.[18] Para pedagang-pedagang iki juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah Nusantara. Samudera Pasai sing berdiri pada tahun 1267, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan sing dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten lan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir lan bergerak ke arah timur lan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai sing terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya lan Portugal (kecuali kanggo koloni mereka, Timor Portugis). Pada masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama sing dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel.[19] Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, lan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.

 
Johannes van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel.

Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) pada abad ke-19, perkebunan besar lan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda sing tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa pemerintahan kolonial sing lebih bebas setelah 1870, sistem iki dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda memperkenalkan Kebijakan Beretika,[20] sing termasuk reformasi politik sing terbatas lan investasi sing lebih besar di Hindia-Belanda.

Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan sing kooperatif lan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, lan Ki Hajar Dewantara diberikan penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.

 
Soekarno, presiden pertama Indonesia.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite kanggo kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, lan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, lan perdana menteri. Dalam usaha kanggo menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.

Usaha-usaha berdarah kanggo meredam pergerakan kemerdekaan iki kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer.[21] Belanda akhirnya menerima hak Indonesia kanggo merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara federal sing disebut Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan sing kuat sekang kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia lan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden lan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.

Pada tahun 1950-an lan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Cina lan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[22] lan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi sing semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S sing menyebabkan kematian 6 orang jenderal lan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru sing menyebut dirinya Orde Baru sing segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian iki lan bermaksud menggulingkan pemerintahan sing sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan iki sekaligus dijadikan alasan kanggo menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.

Barkas:Soekarno, Hatta, Sjahrir.jpg
Hatta, Sukarno, lan Sjahrir, tiga pendiri Indonesia.

Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967 dengan alasan kanggo mengamankan negara sekang ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia sing dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia sing sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, lan akhirnya dicabut kewarganegaraannya. Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.

Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal lan berhasil mendatangkan investasi luar negeri sing besar kanggo masuk ke Indonesia lan menghasilkan pertumbuhan ekonomi sing besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, sing dipanggil "Mafia Berkeley".[23] Namun, Soeharto menambah kekayaannya lan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, lan nepotisme sing meluas lan dia akhirnya dipaksa turun sekang jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran lan kondisi ekonomi negara sing memburuk pada tahun 1998.

Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid lan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu satu hari terbesar di dunia[24] diadakan lan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Indonesia kiki sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik lan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, lan beberapa daerah berusaha kanggo mendapatkan kemerdekaan, terutama Papua. Timor Timur akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia lan 3 tahun di bawah admikistrasi PBB menjadi negara Timor Leste.

Pada Desember 2004 lan Maret 2005, Aceh lan Nias dilanda dua gempa bumi besar sing totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 lan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian iki disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta lan tsunami sing menghantam Pantai Pangandaran lan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 sing tidak kunjung terpecahkan.

Politik lan pemerentahan

sunting
 
Gedung MPR-DPR
 
Istana Negara, bagian sekang Istana Kepresidenan Jakarta.

Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai sing demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif lan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral, namun setelah amandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, lan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi lembaga bikameral sing terdiri sekang 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sing merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sing merupakan wakil propinsi sekang jalur independen.[25] Anggota DPR lan DPD dipilih melalui pemilu lan dilantik kanggo masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan lan TNI/Polri. MPR saat iki diketuai oleh Taufiq Kiemas. DPR saat iki diketuai oleh Marzuki Alie, sedangkan DPD saat iki diketuai oleh Irman Gusman.

Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, lan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden lan tidak mewakili partai politik sing ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat iki yakni Susilo Bambang Yudhoyono sing diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik kanggo duduk di kabinetnya. Tujuannya kanggo menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting lan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal sekang seseorang sing dianggap ahli dalam bidangnya).

Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi lan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, lan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan admikistrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum lan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.

Pembagian administratif

sunting

Indonesia saat iki terdiri sekang 33 propinsi, lima di antaranya memiliki status sing berbeda. propinsi dibagi menjadi 399 kabupaten lan 98 kota sing dibagi lagi menjadi kecamatan lan lagi menjadi kelurahan, desa, gampong, kampung, nagari, pekon, atau istilah lain sing diakomodasi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tiap propinsi memiliki DPRD propinsi lan gubernur; sementara kabupaten memiliki DPRD Kabupaten lan bupati; kemudian kota memiliki DPRD Kota lan walikota; semuanya dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu lan Pilkada. Bagaimanapun di Jakarta tidak terdapat DPR Kabupaten atau Kota, karena Kabupaten Admikistrasi lan Kota Admikistrasi di Jakarta bukanlah daerah otonom.

propinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua Barat, lan Papua memiliki hak istimewa legislatur sing lebih besar lan tingkat otonomi sing lebih tinggi dibandingkan propinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[26] Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[27] propinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.[28] DKI Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia lan menjadi propinsi Timor Timur pada 1979–1999, sing kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[29]

propinsi nang Indonesia lan ibukotane

Sumatera

Jawa

Kepulauan Sunda Kecil

Kalimantan

Sulawesi

Kepulauan Maluku

Papua bagian barat

Geografi

sunting

Deleng uga: Peta Asia lan Jumlah pulau nang Indonesia

 
Peta garis kepulauan Indonesia, Deposit oleh Republik Indonesia pada daftar titik-titik koordinat geografis berdasarkan pasal 47, ayat 9, sekang Konvensi PBB tentang Hukum Laut.[30][31]
 
Sebuah air terjun, di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumbang, Probolinggo, Jawa Timur.

Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara[32] sing memiliki 17.504 pulau besar lan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni[33], sing menyebar disekitar khatulistiwa, sing memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08'LS lan sekang 95°'BB - 141°45'BT serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia lan benua Australia/Oseania.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia lan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² lan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri sekang 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², lan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur sekang kepulauan dengan menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil laut,[34] searah penjuru mata angin, yaitu:

Lor Negara Malaysia dengan perbatasan sepanjang 1.782 km[33], Singapura, Filipina, lan Laut Cina Selatan
Kidul Negara Australia, Timor Leste, lan Samudra Indonesia
Wetan Negara Papua Nugini dengan perbatasan sepanjang 820 km[33], Timor Leste, lan Samudra Pasifik
Kulon Samudra Indonesia

Sumber daya alam

sunting

Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, lan perak dengan pembagian lahan terdiri sekang tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan lan daerah berhutan sebesar 62%, lan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km[35]

Pendidikan

sunting

Sesuai dengan konstitusi sing berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 4 lan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan anggaran kanggo pendidikan sebesar 20% sekang APBN lan APBD diluar gaji pendidik lan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007 alokasi sing disediakan tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Malaysia, Thailand lan Filipina sing telah mengalokasikan anggaran kanggo pendidikan lebih sekang 28 %[36].

Ekonomi

sunting
 
Peta sing menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita propinsi-propinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita propinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita Maluku, Maluku Utara, lan Nusa Tenggara Timur kurang sekang Rp.5 juta.
██ Lebih sekang Rp.100 juta ██ Rp.50 juta ++ - Rp.100 juta ██ Rp.40 juta ++ - Rp.50 juta ██ Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta ██ Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta ██ Rp.10 juta ++ - Rp.20 juta ██ Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta ██ Kurang sekang Rp.5 juta

Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) sing menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, sing selanjutnya berganti menjadi Rupiah.

Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah sing belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi sing berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[37]

 
Uang rupiah.

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi sing bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri, lan berusaha menarik bantuan lan investasi asing.[37] Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi sing meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, lan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata sing tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.[37] Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan lan pelemahan nilai rupiah sing terkendali,[37] selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997[38] Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi sing melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[39] sing disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

Saat iki ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 lan 2005 melebihi 5% lan diperkirakan akan terus berlanjut.[40] Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[41][42] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, lan terdapat 49,0% masyarakat sing hidup dengan penghasilan kurang sekang AS$ 2 per hari.[43]

Indonesia mempunyai sumber daya alam sing besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, lan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir iki ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian sing utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, lan karet.[44] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, sing mencapai 45,3% kanggo PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, lan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[45] Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% sekang 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, lan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[46]

Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, lan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura lan Australia.

Meski kaya akan sumber daya alam lan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan sing sebagian besar disebabkan oleh korupsi sing merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 sekang 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, sing dikeluarkannya pada tahun 2007.[47]


Peringkat internasional

sunting
Organisasi Nama Survey Peringkat
Heritage Foundation/The Wall Street Journal Indeks Kebebasan Ekonomi 110 sekang 157[48]
The Economist Indeks Kualitas Hidup 71 sekang 111[49]
Reporters Without Borders Indeks Kebebasan Pers 103 sekang 168[50]
Transparency International Indeks Persepsi Korupsi 143 sekang 179[51]
United Nations Development Programme Indeks Pembangunan Manusia 108 sekang 177[52]
Forum Ekonomi Dunia Laporan Daya Saing Global 51 sekang 122[53]

Demografi

sunting

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[54] lan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[6] 130 juta (lebih sekang 50%) tinggal di Pulau Jawa sing merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.[55] Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa Austronesia, lan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, lan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia sing menyatakan dirinya sebagai bagian sekang kelompok suku sing lebih spesifik, sing dibagi menurut basa lan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, lan Minangkabau.

Barkas:IslamicCenter1.jpg
Masjid Islamic Center Samarinda di Samarinda, Kalimantan Timur.

Selain itu juga ada penduduk pendatang sing jumlahnya minoritas diantaranya adalah etnis Tionghoa, India, lan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M lan menetap menjadi bagian sekang Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[56] Angka iki berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 lan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa lan keturunannya.

Islam adalah agama mayoritas sing dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, sing menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[44] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), lan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[57]

Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam basa daerah sebagai basa ibu, namun basa resmi negara, yaitu basa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara iki lan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.

 d  b  s 
  Kota Propinsi Populasi     Kota Propinsi Populasi
1 Jakarta DKI Jakarta 9.588.198  
Indonesia
7 Depok Jawa Barat 1.751.696
2 Surabaya Jawa Timur 2.765.908 8 Semarang Jawa Tengah 1.553.778
3 Bandung Jawa Barat 2.417.584 9 Palembang Sumatera Selatan 1.452.840
4 Bekasi Jawa Barat 2.336.489 10 Makassar Sulawesi Selatan 1.339.374
5 Medan Sumatera Utara 2.109.339 11 Tangerang Selatan Banten 1.303.569
6 Tangerang Banten 1.797.715 12 Bogor Jawa Barat 952.406

Kabudayan

sunting

Pertunjukan

sunting
 
Wayang kulit warisan budaya Jawa.

Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya sing berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, lan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa lan Bali tradisional memiliki aspek budaya lan mitologi Hindu, seperti wayang kulit sing menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana lan Baratayuda. Banyak juga seni tari sing berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat lan tari Seudati sekang Aceh.

Seni pantun, gurindam, lan sebagainya sekang pelbagai daerah seperti pantun Melayu, lan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, lan lain-lain.

Busana

sunting
 
Seorang gadis Palembang tengah mengenakan Songket, salah satu busana tradisional Indonesia.

Di bidang busana warisan budaya sing terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah sing terkenal akan industri batik meliputi Tanah Abang[58]Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya lan juga Pekalongan. Kerajinan batik iki pun diklaim oleh negara lain dengan industri batiknya.[59] Busana asli Indonesia sekang Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali sekang ciri-cirinya sing dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan songketnya sekang Sumatera Barat (Minangkabau), kain ulos sekang Sumatra Utara (Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo sekang Sulawesi Selatan, busana berkoteka sekang Papua, busana muslim [60], Baju Muslim[61], Gamis[62], Kaftan[63], Blus[64], Tunik[65], Baju Wanita[66] lan sebagainya.

Arsitektur

sunting
 
Lukisan Candi Prambanan sing berasal sekang masa pemerintahan Raffles.

Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya, sejarah, lan geografi sing membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, lan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya lan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing sing paling kuat adalah sekang India. Tetapi, Cina, Arab, lan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.

Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat dan/atau istana-istana kerajaan sekang tiap-tiap propinsi. Taman Mini Indonesia Indah, salah satu objek wisata di Jakarta sing menjadi mikiatur Indonesia, menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, lan Bangunan Fakultas Teknik Sipil lan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.

Olahraga

sunting
 
Maria Kristin Yulianti (merah), peraih medali perunggu pada Olimpiade Beijing 2008.

Olahraga sing paling populer di Indonesia adalah bulu tangkis lan sepak bola; Liga Super Indonesia adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga tradisional termasuk sepak takraw lan karapan sapi di Madura. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, lan pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri sing unik sing berasal sekang wilayah Indonesia. Seni bela diri iki kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan sing biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa gamelan lan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria lan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi sing ilegal di Indonesia.[67]

Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade 1992, dimana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak lan 1 perunggu. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, lan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono sing dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas[68], lan Chris John.[69]

Seni musik

sunting

Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang sekang Sabang hingga Merauke. Setiap propinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga keroncong sing berasal sekang keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[70] sing dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik sing merakyat di Indonesia sing dikenal dengan nama dangdut yaitu musik beraliran Melayu modern sing dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut iki sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu sing sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, lan sebagainya.

 
Seperangkat gamelan

Alat musik tradisional sing merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam sekang pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula sekang alat musik tradisional Indonesia 'dicuri' oleh negara lain[71] kanggo kepentingan penambahan budaya lan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya sekang Indonesia. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:

 
Beberapa makanan Indonesia: soto ayam, sate kerang, telor pindang, perkedel lan es teh manis.

Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[72] Nasi adalah makanan pokok lan dihidangkan dengan lauk daging lan sayur. Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, lan ayam adalah bahan sing penting.[73]

Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan lan teknik memasak sekang bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, lan Eropa. Semua iki bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman sing tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa Spanyol lan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk sekang dunia baru ke Indonesia.

Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu. Nasi rames sing berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, lan terminal bus. Di Daerah Istimewa Yogyakarta lan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames sing berukuran sangat mikimalis dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima.

Terdapat pula aneka makanan sing dijual oleh para pedagang keliling menggunakan gerobak atau tanggungan. Pedagang keliling iki menyajikan mie ayam, mi bakso, soto, siomay, roti burger, nasi goreng, nasi uduk, lan lain-lain.

Perfilman

sunting
 
Poster film Tjoet Nja' Dhien (1988), film tentang pahlawan nasional Indonesia asal Aceh.

Film pertama sing diproduksi pertama kalinya di nusantara adalah film bisu tahun 1926 sing berjudul Loetoeng Kasaroeng lan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger lan L. Heuveldorp pada zaman Hindia Belanda. Film iki dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung lan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Setelah itu, lebih sekang 2.200 film diproduksi. Di masa awal kemerdekaan, sineas-sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Diantara sineas sing ada, Usmar Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya Harta Karun (1949). Namun kemudian film pertama sing secara resmi diakui sebagai film pertama Indonesia sebagai negara berkedaulatan adalah film Darah lan Doa (1950) sing disutradarai Usmar Ismail. Dekade 1970 hingga 2000-an, Arizal muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang sekang 52 buah film lan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.

Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an lan mendominasi bioskop di Indonesia,[74] meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia sing dirilis setiap tahun meningkat.[74] Film Laskar Pelangi (2008) sing diangkat sekang novel karya Andrea Hirata menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah perfilman Indonesia saat iki.

Kesusastraan

sunting

Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi. Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli sing mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin lan Hamka sing merupakan penulis lan politikus pra-kemerdekaan;[75] lan Pramoedya Ananta Toer, pembuat novel Indonesia sing paling terkenal.[76] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, lan sajak. Chairil Anwar merupakan penulis puisi Indonesia sing paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan sing kuat, sing membantu mendefikisikan lan memelihara identitas budaya mereka.[77] Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk sepuluh stasiun televisi swasta nasional, lan jaringan daerah sing bersaing dengan stasiun televisi negeri TVRI. Stasiun radio swasta menyiarkan berita mereka lan program penyiaran asing. Dilaporkan terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007.[78] Penggunaan internet terbatas pada minoritas populasi, diperkirakan sekitar 8.5%.

Lingkungan hidup

sunting
 
Rafflesia arnoldii bunga terbesar di dunia, diameternya mencapai 1,3 meter.
 
Komodo, hewan reptil langka khas sekang Nusa Tenggara.

Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup sing tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup sing tinggi"[79][80] umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan sing ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % sekang luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Brasil lan Republik Demokratik Kongo.[81]

 
Danau Toba, danau terbesar di Indonesia.

Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara sing paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar. Kerusakan sing terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).[82] Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain berfungsi melindungi pantai sekang abrasi, merupakan habitat sing baik bagi berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh lan menambah biaya operasional mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan air pasang laut lan banjir, terlebih di musim hujan.[83]

Deleng uga

sunting

Sejarah Indonesia Garis waktu sejarah Indonesia Gerakan 30 September 1945

Rujukan

sunting
  1. Jam penduduk Indonesia
  2. "Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregrat per Propinsi" (PDF). Badan Pusat Statistik. 23 November 2010. http://www.bps.go.id/download_file/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 
  3. 3,0 3,1 3,2 3,3 Cithakan:Cite press release
  4. HDR Stats
  5. 5,0 5,1 5,2 Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society 71 (3): 166–171. doi:10.2307/595186. http://links.jstor.org/sici?sici=0003-0279%28195107%2F09%2971%3A3%3C166%3ATTIIOA%3E2.0.CO%3B2-5. 
  6. 6,0 6,1 Cithakan:Cite press release Masalah sitiran: Tenger <ref> ora trep; jeneng "autogenerated1" diwedharaké ping bola-bali déné isiné béda
  7. Tomascik, T (1996). The Ecology of the Indonesian Seas - Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd.. ISBN 962-593-078-7. 
  8. 8,0 8,1 Anshory, Irfan, "Asal Usul Nama Indonesia", Pikiran Rakyat, 16 Agustus 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
  9. Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119. 
  10. Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347. ; Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278. 
  11. Pope (1988). "Recent advances in far eastern paleoanthropology". Annual Review of Anthropology 17: 43–77. doi:10.1146/annurev.an.17.100188.000355.  cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309–312. ; Pope, G (15 Agustus, 1983). "Evidence on the Age of the Asian Hominidae". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 80 (16): 4,988–4992. doi:10.1073/pnas.80.16.4988. PMID 6410399. http://www.pnas.org/cgi/content/abstract/80/16/4988.  cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309. ; de Vos, J.P. (9 Desember 1994). "Dating hominid sites in Indonesia" (PDF). Science Magazine 266 (16): 4, 988–4992. doi:10.1126/science.7992059. http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf.  cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309. 
  12. Taylor (2003), hal. 5–7
  13. Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 8–9. ISBN 0-300-10518-5. 
  14. Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 15–18. ISBN 0-300-10518-5. 
  15. Taylor (2003), hal. 3, 9, 10–11, 13, 14–15, 18–20, 22–23; Vickers (2005), hal. 18–20, 60, 133–134
  16. Taylor (2003), hal. 22–26; Ricklefs (1991), hal. 3
  17. Peter Lewis (1982). "The next great empire". Futures 14 (1): 47–61. doi:10.1016/0016-3287(82)90071-4. 
  18. *Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman
  19. Wright, Louis B. (23 November 1970). Gold, Glory, and the Gospel: The Adventurous Lives and Times of the Renaissance Explorers. New York: Atheneum. 
  20. Ricklefs, M.C. (23 November 1991). A History of Modern Indonesia since c.1300. London: MacMillan. hlm. 151. ISBN 0-33-579690-X. 
  21. ZWEERS, L. (23 November 1995). Agressi II: Operatie Kraai. De vergeten beelden van de tweede politionele actie. Den Haag: SDU uitgevers. 
  22. van der Bijl, Nick. Confrontation, The War with Indonesia 1962—1966, (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8
  23. Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley, Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.
  24. Cithakan:Cite press release
  25. (PDF) Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945. Masalah: wektu ora absah. http://www.gtzsfdm.or.id/documents/laws_n_regs/con_decree/3_AmdUUD45_eng.pdf. 
  26. Michelle Ann Miller (2004). "The Nanggroe Aceh Darussalam law: a serious response to Acehnese separatism?". Asian Ethnicity 5 (3): 333–351. doi:10.1080/1463136042000259789. http://www.ingentaconnect.com/content/routledg/caet/2004/00000005/00000003/art00005. 
  27. Dewan Perwakilan Rakyat (1999). Bab XIV Other Provisions, Pasal 122; Cithakan:PDFlink. Presiden Indonesia (1974). Bab VII Aturan Peralihan, Pasal 91
  28. Dursin, Richel; Kafil Yamin, "Another Fine Mess in Papua", Editorial, The Jakarta Post, 18 November 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.; "Papua Chronology Confusing Signals from Jakarta", The Jakarta Post, 18 November 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
  29. Burr, W. (6 Desember 2001). "Ford and Kissinger Gave Green Light to Indonesia's Invasion of East Timor, 1975: New Documents Detail Conversations with Suharto". National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62. National Security Archieve, Universitas George Washington, Washington, D.C.. http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 
  30. Indonesian archipelagic baselines
  31. Daftar koordinat geografis titik-titik garis-garis pangkal kepulauan Indonesia
  32. Dotinga, Harm (2000). International organizations and the law of the sea: documentary yearbook, Vol 14. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 960. ISBN 9041113452, 9789041113450. 
  33. 33,0 33,1 33,2 Cithakan:Cite press release; "Indonesia Regions". Indonesia Business Directory. http://www.indonext.com/Regions/. Diakses pada 24 April 2007. 
  34. Article 55, 1982 UN Convention on the Law of The Sea.
  35. World Bank (1994). A World Bank country study Country Studies: Indonesia: environment and development. World Bank Publications. ISBN 0821329502, 9780821329504. 
  36. World Bank, (2008), Spending for development: making the most of Indonesia's new opportunities : Indonesia public expenditure review, World Bank Publications, ISBN 978-0-8213-7320-0
  37. 37,0 37,1 37,2 37,3 Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, halaman 52–57.
  38. "Indonesia: Country Brief". Indonesia:Key Development Data & Statistics. Bank Dunia. 1 September 2006. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,contentMDK:20095968~pagePK:141137~piPK:141127~theSitePK:226309,00.html. 
  39. "Poverty in Indonesia: Always with them". The Economist. Masalah: wektu ora absah. http://www.economist.com/world/asia/displaystory.cfm?story_id=7925064. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 
  40. "Indonesia: Forecast". Country Briefings. The Economist. Masalah: wektu ora absah. http://www.economist.com/countries/Indonesia/profile.cfm?folder=Profile-Forecast. 
  41. Cithakan:Cite press release
  42. Ridwan Max Sijabat. "Unemployment still blighting the Indonesian landscape", The Jakarta Post, 23 Maret 2007.
  43. Cithakan:Cite press release
  44. 44,0 44,1 "Indonesia - The World Factbook". https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html. 
  45. "Official Statistics and its Development in Indonesia" (PDF). Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004. Economic and Social Commission for Asia & the Pacific. p. 19. http://www.unescap.org/stat/sos1/sos1_indonesia.pdf. 
  46. "Indonesia at a Glance" (PDF). Indonesia Development Indicators and Data. Bank Dunia. Masalah: wektu ora absah. http://devdata.worldbank.org/AAG/idn_aag.pdf. 
  47. "Indeks Persepsi Korupsi". Transparency International. 23 November 2007. http://www.transparency.org/policy_research/surveys_indices/cpi/2007. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 
  48. "Index of Economic Freedom". The Heritage Foundation & The Wall Street Journal. http://www.heritage.org/research/features/index/countries.cfm. Diakses pada 1 Juli 2008. 
  49. "The Economist Intelligence Unit’s Quality-of-Life Index" (PDF). The Economist. http://www.economist.com/media/pdf/QUALITY_OF_LIFE.pdf. Diakses pada 12 September 2007. 
  50. "Worldwide Press Freedom Index 2006" (PDF). Reporters Without Borders. http://www.rsf.org/IMG/pdf/cm2006.pdf. Diakses pada 1 Juli 2008. 
  51. "cpi 2007 table". Transparency International. 13 Februari 2008. http://www.transparency.org/news_room/in_focus/2007/cpi2007/cpi_2007_table. Diakses pada 1 Juli 2008. 
  52. "Human Development Reports: Indonesia". United Nations Development Programme. http://hdrstats.undp.org/countries/country_fact_sheets/cty_fs_IDN.html. Diakses pada 1 Juli 2008. 
  53. "Global Competitiveness Index rankings and 2006–2007 comparisons" (PDF). World Economic Forum. http://www.weforum.org/pdf/Global_Competitiveness_Reports/Reports/gcr_2007/gcr2007_rankings.pdf. Diakses pada 1 Juli 2008. 
  54. Cithakan:Cite press release
  55. Calder, Joshua (3 Mei 2006). "Most Populous Islands". World Island Information. http://www.worldislandinfo.com/POPULATV2.htm. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 
  56. Cithakan:Cite paper
  57. Yang, Heriyanto (August 2005). "The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion 10 (1): 8. http://web.uni-marburg.de/religionswissenschaft/journal/mjr/pdf/2005/yang2005.pdf. Diakses pada Masalah: wektu ora absah. 
  58. Tanah Abang
  59. "PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH", Majalah Hukum & HAM Online, 30 September 2007. Diakses pada 14 Agustus 2008.
  60. Busana Muslim
  61. Baju Muslim
  62. Gamis
  63. Kaftan
  64. Blus
  65. Tunik
  66. Baju Wanita
  67. Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. hal.103. ISBN 1-74059-154-2. 
  68. Elyas Pical Dapat Penghargaan. Surya, 27 Maret 2009. Diakses pada 10 September 2010.
  69. Afriatni, Ami. Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia. Tempo, 19 Agustus 2007. Diakses pada 10 September 2010.
  70. "Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah", Kompas, Rabu, 28 April 2004. Diakses pada 14 Agustus 2008.
  71. Radhar Panca Dahana. "Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa", Gatra.Com, Kamis, 6 Desember 2007. Diakses pada 14 Agustus 2008.
  72. Witton, Patrick (2002). World Food: Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 1-74059-009-0. 
  73. Brissendon, Rosemary (2003). South East Asian Food. Melbourne: Hardie Grant Books. ISBN 1-74066-013-7. 
  74. 74,0 74,1 Kristianto, JB, "Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia", Kompas, 2 Juli 2005. Diakses pada 5 Oktober 2006.
  75. Taylor (2003), halaman 299–301
  76. Vickers (2005) halaman 3 to 7; Friend (2003), halaman 74, 180
  77. Czermak, Karen. ""Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia"" (PDF). SIL International. http://www.sil.org/asia/ldc/parallel_papers/unesco_jakarta.pdf. Diakses pada 4 Juli 2007. 
  78. "Internet World Stats". Asia Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. 23 November 2006. http://www.internetworldstats.com/asia.htm#id. Diakses pada 13 Agustus 2007. 
  79. http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker
  80. http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/03/08/4070.html Dunia Sebut Indonesia Mega Biodiversity
  81. https://web.archive.org/web/20101007155430/http://cites.org/eng/prog/economics/report_mega_2001.pdf Report on the CITES workshop on mega-biodiversity exporters (with the assistance of the European Commission)
  82. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/29/kesra01.html Sulung Prasetyo. Ekologi Indonesia Masuki Masa Genting, Paragraf 1. Sinar Harapan Online. Diakses pada 13 November 2009
  83. https://web.archive.org/web/20170209033455/http://www.satudunia.net/?q=content%2Futang-ekologis-adb-di-indonesia Firdaus Cahyadi Utang Ekologis ADB di Indonesia, Tulisan pernah dimuat di Koran Tempo, 2 Mei 2009

Pranala jaba

sunting

    Deleng panduan wisata Indonesia nang Wikivoyage